[41]
Universitas Kelas DuniaThursday, 23 September 2010 09:29
Oleh: Dr. Ing. Fahmi Amhar
Diskusi seputar kualitas perguruan tinggi tidak hanya menarik setiap tahun ajaran baru. Untuk
Indonesia yang rasio sarjana ke jumlah penduduk baru 6 persen, menjadi sarjana masih
menjadi cita-cita banyak orang, dan merupakan salah satu cara naik ke jenjang sosial dan
ekonomi yang lebih tinggi.
Namun tentu saja cita-cita itu hanya akan terwujud kalau perguruan tinggi yang memberikan
gelar sarjana adalah perguruan tinggi yang bermutu. Karena itu, informasi tentang kualitas
perguruan tinggi menjadi sangat penting, walaupun orang tetap seharusnya tahu diri, apakah
dia memiliki bakat yang dibutuhkan untuk kuliah di perguruan tinggi favorit itu. Ini karena
perguruan tinggi yang bermutu biasanya juga diserbu peminat, bahkan dari mancanegara.
Karena itu, rasio kapasitas dengan peminat serta rasio mahasiswa mancanegara sering
dijadikan aspek-aspek yang dinilai dalam pemeringkatan perguruan tinggi, misalnya oleh
Academic Ranking of World Universities (ARWU), Times Higher Education (THES), ataupun
Webometrics. Aspek penilaian lainnya adalah jumlah paper internasional yang dihasilkan,
penyerapan dan persepsi di dunia kerja dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan seperti
jumlah dan kualitas dosen, perpustakaan, laboratorium serta sarana informasi dan akses
internet.
Para pemeringkat itu kemudian membuat ranking perguruan tinggi sedunia. Terang saja,
mayoritas 100 atau 500 perguruan tinggi top di dunia berada di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Eropa, Jepang atau Australia. Sebagian kecil ada di Singapura, China, Korea,
India atau Malaysia.
Bagaimana seandainya pemeringkatan ini dilakukan seribu tahun yang lalu?
Maka universitas yang paling top di dunia saat itu tak pelak lagi ada di Gundishapur, Baghdad,
Kufah, Isfahan, Cordoba, Alexandria, Cairo, Damaskus dan beberapa kota besar Islam lainnya.
Perguruan tinggi di luar Daulah Islam paling-paling hanya ada di Konstantinopel yang saat itu
masih menjadi ibukota Romawi Byzantium, di Kaifeng ibu kota Cina saat itu atau di Nalanda,
India. Selain itu, termasuk di Eropa Barat, seribu tahun yang lalu belum ada perguruan tinggi.
Di Amerika Serikat apa lagi. Benua itu baru ditemukan tahun 1492.
Sebenarnya di Yunani tahun 387 SM pernah didirikan Universitas oleh Plato, namun pada awal
Milenium-1 universitas ini tinggal sejarah. Berikutnya adalah Universitas di Konstantinopel yang
berdiri tahun 849 M, meniru universitas di Baghdad dan Cordoba. Universitas tertua di Itali
adalah Universitas Bologna berdiri 1088. Universitas Paris dan Oxford berdiri abad ke-11
1 / 3
[41] Universitas Kelas Dunia
Thursday, 23 September 2010 09:29
hingga 12, dan hingga abad-16 buku-bukunya referensinya masih diimpor dari dunia Islam.
Namun, dari sekian universitas di dunia Islam itu, dua yang tertua dan hingga kini masih ada
adalah Universitas al-Karaouiyinne di Fez Maroko dan al-Azhar di Cairo.
Universitas al-Karaouiyinne di Fez – Maroko, menurut Guiness Book of World Record
merupakan universitas pertama di dunia secara mutlak yang masih eksis. Kampus legendaris
ini awalnya mengambil lokasi di masjid Al Karaouiyinne yang dibangun tahun 245 H/ 859 M, di
kota Fes – Maroko. Universitas ini telah mencetak banyak intelektual Barat seperti, Silvester II,
yang menjadi Paus di Vatikan tahun 999 – 1003 M, dan memperkenalkan “angka” Arab di
Eropa.
Universitas kedua tertua di dunia adalah al-Azhar yang mulai beroperasi sejak tahun 975 M.
Fakultas yang ada waktu itu yang paling terkenal adalah Hukum Islam, Bahasa Arab,
Astronomi, Kedokteran, Filsafat Islam, dan Logika. Universitas al-Azhar didirikan pada 358 H
(969 M) oleh penguasa Mesir saat itu, yaitu dinasti Fathimiyah – yang menganut aliran syiah
Ismailiyah, sebuah aliran syiah yang oleh kalangan Sunni dianggap sesat karena sangat
mengkultuskan Ali dan mencampuradukkan Islam dengan ajaran reinkarnasi.
Ketika tahun 1160 M kekuasaan Fathimiyah digulingkan oleh Bani Mameluk yang sunni –
sebagai persiapan untuk memukul balik pendudukan tentara Salib di Palestina -, pendidikan
al-Azhar yang disubsidi total ini sempat terhenti. Konon di beberapa jurusan yang sensitif
syiah, “pause” ini berjalan hingga 17 tahun! Mungkin sebuah cara untuk “memotong generasi”.
Ketika pasukan Mongol menyerang Asia Tengah dan menghancurkan kekuatan kaum Muslimin
di Andalusia, Al Azhar menjadi satu-satunya pusat pendidikan bagi para ulama dan intelektual
Muslim yang terusir dari negeri asal mereka. Para pelajar inilah yang kemudian berjasa
mengharumkan nama Al Azhar.
Pada masa dinasti Utsmaniyyah, Al Azhar mampu mandiri, lepas dari subsidi negara karena
besarnya dana wakaf dari masyarakat. Wakafnya pun tak main-main: ada wakaf berupa kebun,
jaringan supermarket, armada taksi dan sebagainya.
Kegiatan di Al Azhar sempat terhenti ketika pasukan Prancis di bawah Napoleon Bonaparte
mengalahkan Mesir pada tahun 1213 H / 1789 M. Napoleon sendiri menghormati Al Azhar dan
para ulamanya. Bahkan ia membentuk semacam dewan yang terdiri atas sembilan syaikh untuk
memerintah Mesir. Namun hal itu tidak menghentikan perang antara kaum Muslimin di bawah
pimpinan Syaikh Muhamad Al Sadat melawan imperialis Prancis. Melihat situasi waktu itu
akhirnya Imam Agung Al Azhar dan para ulama sepakat untuk menutup kegiatan belajar di Al
Azhar karena aktivitas jihad fi sabilillah. Tiga tahun setelah pasukan Prancis keluar dari Mesir,
barulah Al Azhar kembali dibuka.
Karena itu, jika kembali ke “world-class-university”, sudah selayaknya kita tidak perlu ikut-ikutan
pada standar yang ditetapkan Barat. Islam tentu memiliki standar sendiri, seperti apa kualitas
manusia yang ingin dicetak oleh sebuah universitas. Mereka tidak cuma harus mumpuni
secara intelektual, namun juga memiliki kedalaman iman, kepekaan nurani, kesalihan sosial
2 / 3
[41] Universitas Kelas Dunia
Thursday, 23 September 2010 09:29
dan keberanian dalam menegakkan amar ma'ruf – nahi munkar serta siap mati syahid dalam
jihad fii sabilillah.
Sekarang di Indonesia, beberapa IAIN telah diubah menjadi Islamic University yang ingin
meraih kembali taraf world-class-university seperti di masa peradaban Islam. Di Malaysia
bahkan sudah lama berdiri International Islamic University of Malaysia (IIUM). Namun melihat
struktur kurikulum dan budaya keilmuan yang ada saat ini, sepertinya masih perlu upaya keras
dari para civitas akademika agar upaya itu memang menghasilkan produk kelas dunia yang
khas Islam. Bahasa filosofinya, ada “ontologi” dan “epistemologi” Islam di sana. Untuk itu tentu
wajib ada dukungan politik Islam yang memadai.
Namun kita tetap optimis. Karena istilah college yang lazim dipakai di Amerika, ternyata diambil
dari istilah Arab “kulliyyat” yang artinya merujuk pada sesuatu yang urgen yang harus
dimengerti keseluruhan.[]
biayanya pasti murah
ReplyDelete