Monday, 21 May 2012

Kebangkitan Hakiki


Potret Kebangkitan Indonesia
Setiap tanggal 20 Mei Negeri ini selalu memperingati hari Kebangkitan Nasional. Momentum ini selalu digunakan pemerintah untuk mengevaluasi dan memamerkan pencapaian prestasi kerjanya kepada masyarakatnya. Apapun yang dilaporkannya tentu di kemas sedemikian rupa sehingga aspek prestasi lebih menonjol dari aspek-aspek yang lain. Seperti capaiannya di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, pendidikan dan lainnya disajikan dalam hitungan statistik yang memukau. Seperti tahun ini contohnya, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan naik dari 6,5% di tahun 2011 menjadi 6,6%  di tahun ini (Kompas, 10/02/2012). Namun pertanyaannya adalah, apakah pertumbuhan ekonomi yang termuat dalam angka tersebut mencerminkan keadaan sebenarnya di lapangan?.

Melihat fakta sekarang, dari sektor pengelolaan SDA, pengerukkan kekayaan alam oleh freeport saja misalnya, pada tahun 2005, perusahaan AS ini berhasil mengantongi keuntungan sekitar 4.2 miliar dollar atau sekitar 42 triliun rupiah. Sedangkan untuk Indonesia hanya mendapatkan 2 triliyun rupiah setiap tahunnya. Padahal perusahaan  Amerika ini telah beroperasi sejak Tahun 1967. Sekali lagi kita harus bertanya, sudah merdeka kah negeri kita dari penjajahan asing?, Hal ini pun berdampak terhadap kehidupan masyarakat, kemiskinan, gizi buruk, pengangguran, tingkat kesehatan yang rendah, tak bisa dielakkan.
Dari segi sosial budaya masyarakat, kita baru saja di hadirkan betapa negeri kita juga belum mampu membendung serangan budaya asing. Seperti serangan virus jender oleh tokoh lesbian dari Canada, Irshad Manji. Bahkan dengan bangganya dia menyatakan bahwa dirinya itu lesbian. Dengan congkaknya juga dia mengatakan bahwa Alquran itu telah diedit oleh Nabi Muhammad SAW atau Muhammad yang bikin Alquran. Pemerintah semestinya tidak membiarkan orang-orang seperti itu berkeliaran di negeri Muslim seperti Indonesia. Dan tidak ada perlunya orang seperti itu diberi tempat dan diberi ruang. Orang seperti itu hanya menimbulkan masalah.
 Sedangkan jika kita melihat tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia, dari data BPS tahun 2010, jumlah penduduk di Indonesia mencapai 230 juta, dan 10 juta penduduk di Indonesia masih berada dibawah garis kemiskinan (versi pemerintah). Dalam hal ini, pemerintah menggunakan indikator pendapatan per kapita di bawah 1 USD untuk menilai apakah orang itu miskin atau tidak. Jika menggunakan indikator world bank yaitu sebanyak 2 USD, maka bisa dibayangkan, jumlahnya akan lebih dari 10 juta penduduk.
Fakta diatas hanya segelintir “prestasi” negeri ini, dan bahkan lebih banyak lagi permasalahan lain yang belum tuntas seperti pendidikan, kriminal, hukum, kesehatan, dan banyak bidang lainnya yang jauh dari kata “bangkit”. Pemerintah alih-alih mau menuntaskan permasalahan diatas, mereka malah di sibukkan lagi dengan permasalahan internal yang menjangkit pada tubuh pemerintahan, yaitu virus korupsi para birokratnya.
Jika demikian keadaannya, tentu setiap orang di negeri ini layak bertanya: lalu apa makna Hari Kebangkitan Nasional yang telah melawati usia lebih dari satu abad ini jika kebangkitan yang diharapkan semakin jauh dari harapan? Maka tidak ada pilihan lain, Indonesia harus segera bangkit dengan sebuah kebangkitan yang hakiki, hilangkan segala bentuk penjajahan.
Makna Kebangkitan
Kebangkitan secara umum digunakan untuk mengungkapkan suatu fakta tertentu yaitu berpindahnya sebuah umat atau bangsa atau seorang individu dari suatu keadaan menuju keadaan lain yang lebih baik. Akan tetapi, keadaan seperti apakah yang kita maksud itu? Apakah kebangkitan hanya dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi, jumlah sarjana hingga doktor, tingkat kesehatan masyarakat, atau sebatas negeri ini aman sudah dapat dikatakan mengalami kebangkitan?.
Sesungguhnya fakta menunjukkan bahwa sebagian besar negeri-negeri yang terpuruk di berbagai belahan dunia tidak mampu melakukan apa-apa, walaupun banyak memiliki sarjana, lulusan pascasarjana, dan bahkan doctor sekalipun. Mereka tidak berguna dan menjadi beban bagi negeri mereka, serta tidak dapat disalurkan di lapangan kerja yang cocok dengan bidangnya. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang memaksa mereka untuk pergi mencari pekerjaan ke luar daerah tempat tinggal. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat, padahal kita tahu bahwa angka tersebut hanya cerminan dari segelintir orang kaya saja. Negeri yang aman, apakah kita cukup hidup di negeri yang aman, namun untuk memperoleh beras saja susah.
Apabila demikian adanya, apakah yang dimaksud dengan perubahan atau perpindahan yang keberadaannya menjadi tanda dari lahirnya sebuah kebangkitan di tengah-tengah umat atau bangsa atau seorang individu itu?
Dalam kajiannya dalam kitab An Nahdlah, beliau al-Ustadz Hafizh Shalih menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kebangkitan itu adalah tingginya taraf berpikir. Beliau juga menjelaskan bahwa ketinggian taraf berpikir itu ditandai dengan adanya dua sifat, yaitu amiq (mendalam) dan syumul (menyeluruh). Untuk mewujudkan sebuah kebangkitan diperlukan adanya upaya untuk menanamkan pemikiran-pemikiran yang tinggi, yaitu pemikiran-pemikiran yang menyeluruh berkaitan dengan semua aspek kehidupan, seperti politik, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Pemikiran-pemikiran tersebut juga harus dibangun berdasarkan sebuah landasan yang kokoh, yaitu berdasarkan sebuah akidah.
Kebangkitan suatu bangsa akan dapat diperoleh mulai dari ketika taraf berfikir masyarakatnya meningkat, yakni dengan memeluk suatu pemikiran yang mendasar dan menyeluruh, atau memeluk sebuah ideologi. Kaum sekuler barat mampu bangkit dengan Ideologi kapitalisme, begitu juga bangsa Rusia, mereka mampu bangkit dengan memeluk Ideologi Sosialisme.
Namun perlu di garis bahwahi, kebangkitan dengan kedua ideologi ini hanyalah kebangkitan yang semu, terbukti sosialisme kemudian gagal, karena ketidaksesuaiannya dengan fitrah manusia. Kapitalisme kehancurannya sudah diujung tanduk, karena segala tipuannya sudah mulai terbongkar, Kedok sebagai Negara penjaga perdamaian hanyalah sebuah alat licik dari upaya penjajahan. Tujuan kebangkitan mereka hanyalah berorientasi pada materi belaka.
Kebangkitan hakiki adalah yang terjadi di Bangsa Arab, kebangkitan ini dipelopori oleh Rasulullah saw. Bangsa yang dahulunya Jahiliyah, berubah menjadi bangsa berperadaban tinggi dan mulia karena memeluk Ideologi Islam. Bahkan kemudian berhasil menerangi dua per tiga dunia.
Bangkit dengan Idiologi Islam
Mayoritas berpenduduk Indonesia adalah muslim yang menginginkan juga sebuah kebangkitan. Sesungguhnya kebangkitan seperti apa yang seharusnya di cita-citakan umat muslim di Indonesia. Tidak lain dan bukan ialah kebangkitan yang harus lahir dari dorongan aqidah islam itu sendiri bukan yang lain. Kebangkitan yang mensejahterakan dan berkah, itulah yang seharusnya diperjuangkan umat muslim saat ini.
Dengan pengamatan yang teliti terhadap masyarakat-masyarakat yang terdapat di dunia Islam termasuk Indonesia di dalamnya, maka kita akan menemukan bahwa negeri-negeri tersebut sedang mengalami kemunduran taraf  berpikir, tumpulnya perasaan dan kekacauan jiwa. Semua itu terjadi akibat adanya upaya untuk menyelaraskan perasaan yang terdapat dalam jiwa masyarakat dengan peraturan yang mengatur interaksi mereka serta adanya upaya peracunan terhadap pemikiran-pemikiran mereka dengan pemikiran-pemikiran asing. Dikaitkan dengan hal itu, maka perbedaan atau pertentangan antara perasaan yang terdapat dalam jiwa mereka dengan sistem peraturan yang diberlakukan terhadap mereka telah menyebabkan terjadinya kegoncangan dan kekacauan pada asas kehidupan mereka.
Dari kekacauan taraf  berpikir masyarakat tersebut akan menyebabkan ketidakjelasan idiologi yang di emban. Ketidakjelasan Idiologi inilah yang mengakibatkan sistem pengaturan Negara akan mudah terpengaruh intervensi pihak asing (terjajah secara pemikiran) dan mengakibatkan semakin jauh dari apa yang di harapkan rakyatnya. Maka tidaklah heran, ketika negeri ini di anugerahi kekeyaan alam yang melimpah dan sumberdaya manusia yang cukup bukan mengantarkan pada kebangkitan namun malah terpuruk di segala bidang.
Agar Indonesia mampu bangkit, agenda mendesak yang harus dilakukan adalah mensosialisasikan Ideologi Islam secara masif, sehingga tumbuh kesadaran di tengah-tengah umat bahwa Islam-lah satu-satunya solusi yang shahih bagi semua problematika yang ada. Tidak hanya mensejahterakan namun akan mengantarkan kepada ridha Allah SWT.
Akidah Islam memiliki karakteristik sebagai akidah ruhiyah sekaligus akidah ri’ayah yang haq. Akidah Islam memerintahkan umatnya untuk menerapkan Islam secara kaffah. Islam memerintahkan untuk melakukan sholat dan puasa, namun untuk melangsungkan generasi penerus, Islam memerintahkan untuk menikah dengan lawan jenis. Sedangkan dalam rangka menjamin sebuah pernikahan, Islam juga memerintahkan sejumlah sanksi berupa deraan juga rajam bagi pelaku zina. Islam memerintahkan unntuk mmperoleh harta secara halal, demikian juga untuk menjamin kepemilikan harta, maka Islam memerintahkan potong tangan bagi pencuri.
Penyelesaian dalam perampokan kekayaan alam misalnya, Islam melarang terjadinya privatisasi sumber daya alam oleh swasta bahkan asing, sebab Islam telah merinci distribusi dan kepemilikan harta dengan sangat jelas, yakni kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan Negara.
Kepemilikan umum mencakup harta yang dari sisi pembentukkanya tidak mungkin dimiliki oleh Individu, seperti sungai, danau, laut, dsb. Kemudian apa saja yang mencakup hajat hidup orang banyak seperti Jalan, hutan, barang tambang yang depositnya banyak, baik yang berbentuk padat, cair, maupun gas. Termasuk energi dalam cakupan api seperti bahan bakar bagi Industri, transportasi, dsb. Rasulullah SAW bersabda: kaum muslim berserikat dalam tiga hal: air, padang gembalaan, dan api.(HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah).
Negara khilafah adalah pihak yang mengelola berbagai kekayaan itu, baik dalam hal eksplorasi, penjualan, maupun pendistribusian. Negara khilafahlah yang menjamin setiap rakyatnya untuk menikmati haknya dalam kepemilikan umum tersebut.
Kepemilikan negara ada pada harta yang pengelolannya di tangan khalifah, seperti fa’i, kharaj serta harta yang tidak memiliki ahli waris dsb. Khalifah mengelola kepemilikan negara sesuai pandangan dan ijtihadnya dalam berbagai urusan negara dan rakyat. Khalifah boleh memberikan harta itu kepada orang miskin saja dan tidak untuk orang kaya, sebagaimana Rasulullah pernah memberikan fa’i kepada Bani Nadhir.
Sedangkan kepemilikan individu adalah harta yang pengelolannya di serahkan kepada individu, pada selain harta milik umum. Kepemilikan individu ini terlindungi. Negara tidak boleh melanggarnya.
Begitu briliannya Islam dalam mengatur urusan umat. Karena itu, Indonesia harus bangkit dengan Ideologi Islam. Sebuah ideologi yang berasaskan akidah Islam, dimana ruhnya ialah ibadah mengharap ridho dari Allah swt. Apapun masalahnya, syariah Islam solusinya. Apapun taruhannya, khilafah harus di tegakkan. Allahu Akbar!
wallahualam bissawab

No comments:

Post a Comment